Cegah Preeklamsia dengan Asam Folat
Kamis, 27 Maret 2008Pil Kontrasepsi Lindungi Wanita dari Kanker Ovarium
Preeklamsia serta gangguan tekanan darah lainnya merupakan kasus yang menimpa setidaknya lima hingga delapan persen dari seluruh kehamilan. Dua penyakit ini pun tercatat sebagai penyebab utama kematian serta penyakit pada bayi dan ibu hamil di seluruh dunia. Preeklamsia juga dapat berubah menjadi eklamsia, atau kondisi lebih serius yang ditandai dengan kejang atau seizure. Komplikasi dari eklamsia dapat menimbulkan terputusnya plasenta serta kelahiran prematur.
Seperti yang telah diduga, suplemen asam folat mampu menekan rata-rata terjadinya preeklamsia. Sementara itu, preeklamsia hanya terjadi pada 2,17 persen wanita yang mengonsumsi asam folat, dan sekitar 5,04 persen terjadi pada mereka yang tidak mengonsumsi suplemen. Temuan ini dipublikasikan dalam American Journal of Obstetrics and Gynaecology.
Setelah peneliti mencocokan data serta mempertimbangkan pengaruh dari usia kehamilan, etnis, tingkat pendidikan, jumlah kehamilan sebelumnya , bobot tubuh, pendapatan, merokok, tekanan darah , diabetes dan sejarah mengidap preeklamsia, Wen dan rekannya menemukan bahwa asam folat dapat menurunkan risiko preeklamsia hingga 66 persen..
Penting di awal kehamilan Tim yang dipimpin Wen juga menekankan, apakah wanita hamil mengonsumsi suplemen asam folat - sebelum atau sesudah konsepsi - atau apakah wanita ini berhenti atau melanjutkan asam folat pada trimester ketiga, rata-rata kasus preeklamsia tercatat lebih rendah ketimbang para wanita yang tidak mengonsumsi asam folat sama sekali.
Diet Mediteranian Saat Hamil Cegah Anak Asma
Rabu, 26 Maret 2008Diet Mediteranian Saat Hamil Cegah Anak Asma
Selasa, 15 Januari 2008 02:37 WIB
Sebuah penelitian yang terbit hari Kamis lalu menyebutkan bahwa para wanita yang mengatur pola makannya mengikuti diet Mediteranian dikatakan bakal menyelamatkan bayinya dari asma dan alergi.
Para dokter peneliti yang dipimpin oleh Leda Chatzi, dari Department of Social Medicine di Universitas Kreta, Yunani di tahun 1997 sempat merekrut sekitar 507 wanita yang memeriksakan diri di klinik kandungan di Pulau Mediteranian Menorca dan memberi mereka kuis berisi pertanyaan mengenai pola makan yang mereka jalani. Lebih dari enam tahun kemudian mereka meneliti anak-anak yang lahir dari para ibu ini dengan enam alergen untuk melihat apakah mereka sensitif terhadap alergen. Hasilnya, anak-anak yang ibunya benar-benar melakukan diet Mediteranian tidak bermasalah dengan alergi.
Subyek penelitian dibagi dua kelompok, satu kelompok (sepertiga) terdiri dari ibu-ibu yang hanya menjalani diet Mediteranian sekedarnya dengan mengonsumsi sayuran, minyak zaitun, sereal, ikan, kacang, dan tanaman polong. Yang lain (dua pertiga) menjalani diet Mediteranian ketat.
Anak-anak dari ibu yang hanya sekedarnya menjalani diet Mediteanian, sekurangnya tiga hingga empat kali lebih mudah mengalami asma dibanding anak-anak dari ibu yang menjalani diet Mediteranian ketat. Dan hampir dua kali mereka lebih berisiko menderita alergi.
Konsumsi sayuran lebih dari delapan kali selama seminggu, ikan lebih dari tiga kali seminggu dan buncis atau kacang polong lebih dari sekali seminggu akan sangat terlindungi dari risiko alergi.
Namun, konsumsi daging merah lebih dari tiga atau empat kali seminggu justru mengundang risiko munculnya alergi.
Artikel yang dimuat di jurnal yang dibaca para dokter spesialis British Journal Thorax, menunjukkan dua kompnen penting dari diet Mediteranian: antioksidan — vitamin yang senyawanya sangat penting dalam menghalau molekul perusak tubuh yang disebut radikal bebas — dan asam lemak tidak jenuh ganda yang secara khas terkandung dalam minyak zaitun dan minyak ikan.
Antioksidan dikenal sebagai unsur yang mampu melindungi tubuh dari serangan asma pada anak-anak sementara asam lemak melindungi tubuh dari timbulnya peradangan, faktor penting bagi munculnya asma.
Diet Mediteranian, yang juga diasosiasikan sebagai pola makan panjang umur juga dilengkapi dengan asupan anggur merah. Konsumsi anggur merah dilarang bagi wanita hamil, tapi tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Do's dan Don'ts Buat yang Ingin Hamil
Selasa, 22 Januari 2008 07:30 WIB
Do's- Rutin berhubungan seksJika Anda secara konsisten berhubungan seks dua atau tiga kali seminggu, hampir pasti Anda akan berhubungan pada masa subur.
- Berhubungan sekali sehari dekat waktu ovulasiHubungan seks setiap hari dekat hari ovulasi bakal meningkatkan kemungkinan hamil. Meskipun konsentrasi sperma suami agak drop sedikit setiap kali berhubungan, pengurangan konsentrasi itu bukan masalah buat pria sehat.
- Bergaya hidup sehatJaga berat badan sehat, olahraga teratur, makan gizi sehat berimbang, dan menjaga stres agar terkontrol. Kebiasaan sehat yang sama itu juga akan mengawal diri Anda dan bayi dengan baik saat hamil.
- Pertimbangkan perencanaan kehamilanDokter akan menilai kesehatan Anda secara umum dan membantu mengidentifikasi perubahan gaya hidup yang mungkin akan meningkatkan kesempatan anda mendapatkan kehamilan sehat. Perencanaan seperti ini khususnya berguna jika Anda atau pasangan punya masalah kesehatan tertentu.
- Minum vitaminAsam folat (vitamin B9) berperan penting dalam perkembangan bayi. Minumlah suplemen asam folat paling tidak sebulan sebelum kehamilan sampai trimester pertama untuk mengurangi risiko penyakit spina bifida dan cacat tabung saraf lain sampai 70 persen.
Don'ts - MerokokTembakau mengubah lendir di mulut rahim yang mencegah sperma mencapai sel telur. Merokok juga meningkatkan risiko keguguran dan menekan perkembangan bayi karena menahan asupan oksigen dan gizi untuk si bayi. Jika merokok, minta bantuan dokter untuk berhenti sebelum hamil. Untuk kepentingan anak, cobalah berhenti merokok.
- Minum alkohol
- Minum obat tanpa persetujuan dokterMinum obat-obatan tertentu, apalagi tanpa resep dokter, dapat menyebabkan sulit untuk hamil.
Kapan harus ke dokter?Berhubungan seks rutin tanpa pelindung, pada sebagian besar pasangan sehat, umumnya akan membuahkan kehamilan dalam waktu satu tahun. Jika Anda masih berusia awal 30 atau lebih muda dan sehat, cobalah sendiri selama setahun sebelum konsultasi dokter. Anda butuh bantuan dokter jika usia Anda di atas 35 tahun dan siklus menstruasi lebih dari 35 hari atau pasangan diduga punya masalah kesuburan. Ketidaksuburan sama-sama memengaruhi pria dan wanita. Jangan khawatir, pengobatannya ada kok, bergantung sumber masalah, ginekolog, dokter urologi, dan dokter Anda.
(Gaya Hidup Sehat)